Bisakah Hidup Tanpa Bank dan Lembaga Keuangan Konvensional?

Pagi ini, ada diskusi menarik yang saya lakukan dengan seorang teman yang bekerja pada salah satu lembaga pemerintah. Diskusi ini diawali dari tulisan saya sebelumnya terkait penerapan Qanun Lembaga Keuangan Syariah di Aceh, lalu beberapa pertanyaan pun muncul: apa bertransaksi dengan bank syariah itu mudah? bagaimana kalau kita ke luar negeri, apa bisa bayar pakai fasilitas perbankan syariah? kalau saya belanja di e-commerce apa sudah bisa pakai bank syariah? apa kalau pakai bank syariah di EDC bank konvensional akan kena charge?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, saya tunjukkan kepemilikan beberapa kartu debit dan kartu kredit/pembiayaan syariah yang saya miliki. Tujuannya bukan untuk mempromosikan bank-bank tersebut, hanya untuk memperlihatkan ragam dari Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) yang telah diterbitkan oleh beberapa bank syariah. Kebetulan saja, saya memiliki beberapa kartu bank syariah di dompet yang bisa difoto dan ditunjukkan sebagai berikut:

Beberapa kartu debit di bank syariah telah memiliki logo Mastercard, demikian pula untuk kartu kreditnya. Artinya, kartu-kartu ini dapat mendukung aktivitas transaksi kita hampir di seluruh dunia. Tidak perlu lagi ada kekhawatiran bahwa kartu yang diterbitkan perbankan syariah tidak dapat digunakan di luar negeri.

Tidak hanya soal kartu debit/kredit, beberapa bank syariah juga telah menerbitkan produk e-money. Populasinya belum banyak dibandingkan dengan produk sejenis dari perbankan konvensional. Tapi ada! Dan kita bisa gunakan produk ini, mengingat telah ada Fatwa DSN MUI No. 116/DSN-MUI/IX/20I7 tentang Uang Elektronik Syariah.

Silahkan akan menggunakan yang mana, yang jelas ketika sudah ada pilihan, maka akan lebih baik bagi seorang muslim untuk menggunakan produk berbasis syariah. Namun ingat, sekali lagi, tulisan ini ditujukan untuk berbagi informasi dan edukasi, bukan untuk mempromosikan produknya.

Nah, lalu bagaimana untuk mendukung transaksi belanja offline dengan menggunakan mesin EDC dari perbankan konvensional? Tentu saja bisa. Tiap bank memiliki kebijakan masing-masing terkait charge yang akan diberikan. Ada yang gratis dengan syarat tertentu, ada pula yang dikenakan charge karena syarat tertentu pula. Oleh karena itu, sebagai pemegang kartu debit/kredit bank syariah, kita perlu mempelajari secara detil tentang informasi pemanfaatan jaringan EDC. Hal yang sama perlu kita lakukan untuk mempelajari fasilitas yang diberikan saat kita melakukan belanja secara online, dan demikian juga untuk berbagai layanan perbankan syariah lainnya: kita harus belajar untuk memahami syarat dan ketentuannya. Ini lah esensi dan urgensi literasi, agar kita tidak terjebak pada isu yang kurang akurat.

Hidup tentu bukan cuma soal belanja. Kita juga perlu mengisi pulsa, membayar tagihan listrik/air, iuran BPJS, mendonasikan harta kita untuk sesama, top up Go Pay/OVO/e-money, dan sederet kebutuhan lain, bahkan hingga pendaftaran nomor porsi haji. Apa bank syariah punya fitur-fitur ini? Punya, dan layanan ini terus mengalami perbaikan dari waktu ke waktu yang terus diupdate pada aplikasi mobile banking masing-masing bank. Apalagi, ke depan Bank Indonesia bersama perbankan/PJSP tengah giat mengembangkan QRIS. Apa bank syariah punya QRIS? Tentu saja. Beberapa upaya transformasi digital lainnya seperti pembukaan online rekening tabungan dan deposito melalui mobile banking, tarik tunai kartu tanpa ATM, dan layanan digital lainnya. Bisa jadi, besaran capital expenditure perbankan syariah untuk pengembangan teknologi belum sebesar konvensional. Namun manajemen perbankan syariah telah menyadari adanya urgensi pengembangan berbagai fitur digital dalam rangka mengoptimalkan peluang optimalisasi fee based income, sekaligus membaca adanya peningkatan jumlah rekening tabungan sebagai dampak positif berbagai kemudahan transaksi berbagasis digital yang disediakan kepada nasabahnya.

Jadi apa yang memisahkan kita dengan perbankan/lembaga keuangan syariah? Jawabannya: informasi. Kita tidak paham, kita tidak kenal, maka kita tidak “sayang”. Kebanyakan dari kita memang lebih suka mendengar. Kesaktian word of mouth masih diakui dalam membentuk kesan di pikiran kita. Sayangnya, tidak semua yang berani berbicara dan mengkritik memiliki kedalaman ilmu/keluasan wawasan, dan tidak semua yang mendengar memeriksa ulang informasi yang diterimanya. Dalam case keuangan syariah, tidak jarang kita temui misinformasi dan mispersepsi yang muncul di tengah masyarakat, yang perlu diimbangi dengan gencarnya edukasi.

Saya telah “hidup bersama” perbankan dan lembaga keuangan syariah sejak 2011, sejak saya lulus dari kuliah, dan mulai bekerja. Tidak terasa, 9 tahun hidup tanpa layanan bank konvensional, dan saya baik-baik saja. Di awal 2011, memang masih terasa “perjuangan” hanya memiliki layanan syariah. Namun saat ini, siapa takut! Anda hanya perlu memulainya dengan segera menjadikan perbankan dan lembaga keuangan syariah sebagai satu-satunya pilihan.

Published by Yason Taufik Akbar

Family, Books, and Guitar...

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: